Konteks global saat ini menunjukkan bahwa kendali atas dua hal mendasar, yaitu alam dan perdamaian, semakin sulit diarahkan. Dampaknya mulai terasa dengan meluasnya rawan pangan, menciptakan proyeksi yang mengkhawatirkan. Sebuah pertanyaan muncul: bagaimana masa depan akan mengendap?
Tantangan Kelaparan Global
Berdasarkan Global Report on Food Crises (GRFC) 2024, dampak kelaparan akut dan kekurangan gizi di beberapa negara tahun sebelumnya diperkirakan akan berlanjut dalam beberapa tahun mendatang. Konflik bersenjata menjadi pemicu utama, dengan jutaan orang mengalami kerawanan pangan akut.
-
Wilayah Terdampak Tinggi: Kongo, Nigeria, Sudan, Ethiopia, Yaman, dan Myanmar menjadi fokus dengan lebih dari 50% populasi rentan.
-
Faktor Penyebab di Asia: Krisis ekonomi, pengangguran, harga pangan tinggi, ketidakamanan, pengungsian, serta bencana alam, termasuk cuaca ekstrem, memengaruhi negara seperti Afghanistan, Pakistan, Bangladesh, Sri Lanka, dan Myanmar.
Peran El Nino dan La Nina
Indonesia, sebagai daerah yang rentan terhadap El Nino, menghadapi ancaman kekeringan yang dapat memengaruhi pasokan beras, gandum, dan minyak kelapa sawit. Di sisi lain, La Nina membawa potensi kekeringan namun mendukung sektor perikanan dengan biota laut yang lebih melimpah.
Potensi Pangan Biru
Konsep pangan biru, yaitu pangan dari sumber laut, sungai, dan danau, menjadi sorotan positif. Indonesia, sebagai produsen perikanan terbesar, melihat peluang dalam pangan biru untuk mendukung ketahanan pangan global. Aspek-aspek seperti berkelanjutan, rendah karbon, dan kaya protein sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDGs).
Langkah Indonesia Menuju Ketahanan Pangan
-
Kemandirian Protein: Dengan 70% sektor protein masih bergantung pada impor, ikan menjadi sumber utama yang tidak tergantung pada impor. Upaya Kementerian Kelautan dan Perikanan dalam meluasnya kawasan konservasi laut dan budidaya akuakultur bertujuan untuk meningkatkan produksi protein nabati.
-
Model Budidaya Terbaru: Program seperti Budidaya Ikan Nila Salin (BINS) di Karawang telah meningkatkan produktivitas tambak, mendukung ekonomi lokal, dan mengurangi ketergantungan pada impor.
-
Pemanfaatan Sumber Daya Laut: Potensi sumber daya alam laut Indonesia, termasuk untuk farmasi, menunjukkan keberagaman yang harus dikelola dengan prinsip ekologi dan ekonomi.
-
Regulasi dan Pengawasan: Penerapan Peraturan Penangkapan Ikan Terukur (PIT) dan teknologi seperti e-PIT membantu mengawasi kapal ikan, sementara peningkatan kawasan konservasi laut mendukung keberlanjutan ekosistem.
Melalui langkah konkret dan komitmen dalam pengembangan industri perikanan, Indonesia berpotensi menjadi pemimpin dalam inisiatif pangan biru yang berkelanjutan, menjaga ketahanan pangan nasional serta berkontribusi pada skala global.